Pramoedya Ananta Toer

Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.

Breaking

Loading...

Minggu, 15 Januari 2023

Januari 15, 2023

Album Angin Kencang, Sajak Melayu yang Mengentak

 


Memang terdengar asing bagi kita, penikmat musik Tanah Air jika mendengar nama Noh Salleh. Namun, buat kita yang sering mendengarkan musik alternatif khas anak-anak independent (yang nanti dibaca: Indie) pasti tidak asing dengan band rock alternatif asal Malaysia, Hujan. Ya, Hujan merupakan band lama yang rasanya se-angkatan dengan God Bless, eh maaf maksudnya Sore.


Pertama-tama mari kita kenalan dengan band yang membawa nama Noh menjadi terkenal, yaitu Hujan. Band ini terbentuk di Kuching, Malaysia Timur yang notabene berada di pulau Kalimantan. Menariknya, di dalam band ini kita tidak akan menemukan nada-nada melayu khas seniornya, IKLIM. Band ini memiliki alunan musik bak band-band indie tanah air. Contohnya saja macam lagu “Aku Skandal” yang menohok dengan alunan rock-nya.


Namun yang patut diapresiasi bahwa band ini selalu menggunakan bahasa Melayu khas Malaysia. Wow, sangat cinta negeri sendiri bukan?


Tetapi di tulisan ini rasanya tidak ada relevansinya dengan judul apabila membahas band Hujan, karena ini merupakan tulisan yang menyajikan sajak-sajak khas melayu yang dipadukan suara nge-bass Noh Salleh.


Awalnya, album Angin Kencang ini merupakan EP (Extended Play) yang berisi 6 (enam) lagu. Di dalam proyek album ini, Noh bekerja sama dengan beberapa musisi asal Indonesia, khususnya Sore yakni Mondo Gascoro. Tak ketinggalan personil dari band Klarinet yang juga merupakan additional kibordis, Adink Permana. Terakhir, Ade Paloh juga turut memeriahkan proyek ini.


Angin Kencang sebenarnya merupakan ‘kemasan ulang’ dengan tiga lagu baru. Ketiga lagu anyar itu Mr. Polia, Renjana, dan Serawak menemani dengan sopan keenam lagu di EP awal yaitu Gelung, Angin Kencang, Biar Seribu, Bunga di Telinga, Sang Penikam,  dan Angin Kencang versi piano.


Berbeda 180° derajat dengan Noh ketika berada di Hujan, di dalam proyek solonya ini, Noh melantunkan sajak-sajak khas Melayu dalam nada klasik dengan suara yang merdu sedikit sendu. Ya, memang ketika mendengarkan keseluruhan album ini terasa seperti “Sore Banget” misalnya saja lagu Mr.Polia,Gelung, dan Angin Kencang punya entakkan drum khas Sore yang sangat kental. Hal ini tak terlepas dari permintaan Noh untuk menjadikan Mondo Gascoro sebagai kapten di bahtera Angin Kencang.


Seperti tajuk dalam album ini, lagu “Angin Kencang” sepertinya dijadikan tunggangan Noh untuk membawa egonya lebih jauh lagi di industri musik Melayu. Lagu ini akan melemparkan pendengarnya untuk ikut kembali ke era musik klasik khas 70-an. Lirik yang sederhana dan nada yang lembut menghembus, membuat Angin Kencang sebagai penyejuk di kala gundah gulana.


Renjana terasa berbeza dengan lagu lainnya dalam album ini. Dimulai dengan petikan gitar klasik bak opera zaman dahulu, lalu dilanjutkan dengan sajak-sajak Melayu yang dilontarkan dengan syahdu oleh Noh Salleh. Sehingga lagu ini terasa magis, menghadirkan nuansa klasik yang begitu dalam. Tak ketinggalan juga Noh menghadirkan nada-nada jazz indie klasik yang memanjakan telinga, dengan Biar Seribu, Serawak, dan Sang Penikam.


Angin Kencang tak akan lekang oleh waktu, dia akan terus bergerak menemani setiap perjalanan, Selamat Menikmati Hembusan Angin Kencang Noh Salleh!