Pramoedya Ananta Toer

Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.

Breaking

Loading...
Tampilkan postingan dengan label Features. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Features. Tampilkan semua postingan

Selasa, 18 Desember 2018

Desember 18, 2018

Generasi Millennial? Sebenarnya kita masuk yang mana sih?


(google.com)

Lo tau gak Generasi Millennial? Sebutan yang sangat nge-tren di akhir-akhir ini. Dimana-mana pasti ngomong “kita sebagai generasi Millennial,” “tantangan bagi Millennials,” dsb. Generasi Millennial disebutkan bahwa generasi yang sedang memegang era digital, karena merekalah yang paling mengerti dan sedang menghadapi gempuran dari revolusi 4.0. Tapi, apakah sebutan Millennials sudah tepat? atau keliru? Coba kita kupas.

Sebutan-sebutan generasi ini ternyata memiliki Teori!, asli, gua juga baru tau belom lama ini. Jadi sebutan ini gak ASBUN (Asal Bunyi), karena teori tentang generasi ini dicetuskan oleh Graeme Codrington & Sue Grant-Marshall, Penguin, (2004). Beliau-beliau ini, membagi menjadi 5 generasi, yaitu Generasi Baby Boomer (1946-1964), Generasi X (1965-1980), Generasi Y (1981-1994) atau generasi millennial, Generasi Z (1995-2010) DAN Generasi Terakhir yaitu Alpha (2011-2025).

Coba gw disini akan mengupas satu-persatu supaya jelas dan bisa dimengerti.

   1) Generasi Baby Boomer (1946-1964)
Generasi ini sesuai dengan namanya, meledaknya angka kelahiran bayi. Karena lahir saat kelarnya WorldWar2. Konon, orang tua pada zaman itu lagi gencar-gencarnya ingin memiliki keturunan. Nah jadi inilah generasi tertua, seperti kakek kita, abah kita, ayah atau ibu kita mungkin. Pokoknya generasi ini pengalaman hidupnya banyak deh, kita harus terus meminta wejangan ke generasi ini haha.

   2) Generasi X (1965-1980)
Adalah generasi setelah Baby Boomer, dimana generasi yang pertama kali merasakan Komputer,VideoGames, dan penyimpanan yang sangat legendaris yaitu floopyDisk. Kebanyakan dari generasi ini adalah orang tua kita saat ini, sudah diatas kepala 3 deh pokoknya.

   3) Generasi Y atau Generasi Millennial (1981-1994)
Nah ini dia, generasi yang sedang memegang puncak kekuasaan pada zaman ini atau revolusi 4.0 ini. Generasi Millennial adalah generasi yang sudah agak enak, karena sudah bisa merasakan telepon pintar, internet dengan mudah, email, sms, pokoknya udah agak canggih!. Dan merupakan awal mula generasi NUNDUK!.

   4) Generasi Z (1995-2010)
Belum tampak dan belum heboh kayaknya. Generasi Z ini sangat kasian haha, karena seperti tidak dianggap. Generasi ini dipukul rata jadi Millennials. Tapi generasi ini lah yang seharusnya didapuk menjadi Raja 4.0 karena rata-rata lahir pada saat teknologi sudah sangat maju. Mereka tidak merasakan mengirim surat manual bahkan sepertinya tidak membeli pulsa untuk SMS pacarnya haha.

   5) Generasi Alpha (2011-2025)
Agak asing nih sebutan. Karena Abjad XYZ udah abis, yaa mau gimana lagi wkwk. Generasi yang memegang Masa Depan nanti. Yang semuanya sudah pake robot, mobil melayang, bahkan mungkin seperti semua yang digambarkan film-film masa depan. Generasi ini gak perlu takut, karena di Indonesia masih ada 5 tahun lagi sebelum 2030 HAHAHAHAHAHA.


Nah coba, lo masuk millenial atau bukan?, jadi jangan ngaku-ngaku Millennial deh kalo lo kelahiran tahun 95 ke bawah. HAHAHAAHAHAHA. Sebenarnya, apapun sebutannya tetap minumnya Teh Botol..ehh salah, pokoknya apapun generasinya kita harus bisa membangun bangsa dan memajukan bangsa ini, bahkan dunia!.

Namun ini merupakan tulisan yang merujuk pada Teori Generasi yang dicetuskan oleh si Empunya. Sebetulnya banyak pendapat-pendapat lain, yang berbeda dalam klasifikasi tahun kelahiran. Si penulis sukanya pada teori sih, gak mau asal-asalan. hehe.

written by kuroash7





Rabu, 17 Oktober 2018

Oktober 17, 2018

Bangkrutnya Telltale Game, The Walking Dead: Season Finale Game Dapat ‘Pacar’ Baru yang Lebih Baik, Kah?


(GameRevolution.com)
Krisis itu mengerikan kalo nggak bisa dirasakan kehadirannya. Krisis dapat bermuara menuju kehancuran, seperti kisah-kisah zombi pada umumnya yang mengambil premis zombi disangkut pautkan dengan kiamat sampai ambisi manusia dalam melakukan penelitian yang bertentangan dengan hukum alam.

Stop! Di situ aja paragraf awalnya nggak mau bertele-tele (nanti diomelin sama pemiliki blog-nya), ngomong-ngomong soal zombi pasti kita nggak asing dengan The Walking Dead. Sebuah budaya pop yang hadir untuk memuaskan dahaga pecinta serial tv yang diadaptasi langsung dari komik bernuansa gore.

The Walking Dead (selanjutnya akan disingkat TWD) boleh dikatakan menjadi corong kisah zombi yang mengedepankan drama kehidupan manusia ‘saja’ pasca virus misterius menimpa makhluk hidup di bumi. Tidak seperti kebanyakan film zombi yang memfokuskan jalan cerita action seperti Reisdent Evil dan comedy misalnya Zombieland. TWD seolah menjadi suksesor dari film zombi dengan premis sama, yakni Dawn of the Dead (1978 & 2004 re-make) namun dibentuk sebaik mungkin dalam serial televisi.

Tak hanya sampai situ, euphoria berlanjut ke dunia game di mana pada tahun 2012 kisah yang diadaptasi persis seperti versi komiknya ini dapat dinikmati dalam permainan konsol maupun PC.

Siapa sih Game The Waking Dead ini?

TWD tuh sebenernya permainan yang nggak jauh berbeda sama apa yang diceritain pada serial tv dan komik (kalo ada yang baca). Cuman secara pandangan subjektif gue dan resensi-resensi yang ada, argumentasi bahwa TWD versi game itu jauh lebih baik secara narasi dan feel ambience yang dibangun ketimbang serial tv-nya. Termasuk Pewdiepie orang yang berani ber-statement demikian.
Miris? Ya, nggak lah!

Justru ini pertanda baik karena jarang banget ada orang mau setia ngikutin alur game. Sering banget kalo nggak cocok sama selera ditinggalin gitu aja di tengah jalan. Sama aja kayak lo udah capek-capek dapetin ‘dia’ terus lagi berproses untuk menerima kekurangan satu sama lain, eh, ditinggalin gitu aja.

Analogi tadi baru mirirs!

Intinya, TWD versi game itu bisa mengaduk emosi lo (sumpah gw nangis waktu main permainan ini) terutama season 1 dan 2 (season 3 so-so lah). Perasaan dan suasana yang dibangun apik banget dan nggak ngebosenin. Drama gokil diapdu dengan percakapan intens membuat TWD adalah permainan yang harus lo mainin sebelum mati.

Tokoh penting pada permainan TWD antara lain, Lee dan Clementine. Sisanya, pemeran pembantu walaupun ada nilai minus dari permainan ini. Dimana, pemeran-pemeran pembantu itu seolah nggak konsisten dalam cerita TWD versi game, hal ini bisa dilihat dengan terlalu banyaknya tokoh yang muncul dan mati terlalu cepat.

Peraturan game ini sih katanya “Tiap keputusan memengaruhi kelanjutan cerita, buatlah keputusan yang bijak” bullshit! Tapi, nggak seratus persen omong kosong sih. Pokoknya lo harus main untuk merasakan drama intens itu.

Tapi …
Duduk Perkara versi Kontributor MOLOR!

Gini, bukannya bermaksud ngebuat lo kecewa dengan hal-hal menggiurkan yang udah gw ceritain agar kalian mau main game ini. Tapi, studio yang bertanggung jawab penuh dalam menggarap dan menuntaskan kisah TWD season 4 atau lebih dikenal sebagai season finale, bangkrut!
Ya, Telltale Games bangkrut!

Kenapa?
Dilansir dari twitter resmi mereka (@telltalegames), bangkrutnya telltale karena para karyawan yang bekerja di sana meninggalkan kantor secara masal akibat permasalahan gaji yang tak kunjung turun dan tak jelas gimana urusannya.

Kasus ini aneh buat gw—aneh banget, logikanya, telltale punya banyak peminat dalam permainan-permainan yang mereka produksi. Contohnya TWD dan The Wolf Among Us. Secara matematis, Telltale  meraup banyak keuntungan karena fans dari kedua permainan yang barusan gw sebut itu banyak banget.

Bahkan fans setia permainan TWD udah ­pre-order ­jauh sebelum jatuh rilis. Begitupun penggarapan season baru bagi The Wolf Among Us. GILA! Gw salah satu yang kecewa atas apa yang terjadi dengan Telltale karena gw udah pernah ngeluarin lembaran kertas BI buat beli game TWD. Gw yakin penggemar TWD bukan cuman gw doang, kita ngomongin dari aspek seluruh dunia!

Tapi nasi udah jadi bubur. Telltale nggak bisa menyelesaikan krisis mereka bahkan untuk mengendus bau krisis sebelum itu terjadi nggak maksimal.

(Analisis Gw) Sebenernya Gini …

Kalo boleh jujur Telltale itu nggak sesempurna yang gw atau kalian pikirkan. Layaknya studio atau kantor pada umumnya, pasti dong nggak selalu game yang mereka garap memiliki konsistensi baik ataupun cerita yang berkelas.

Banyak—banyaaaaakkkk banget game produksi telltale yang secara harfiah ‘norak’. Misalnya, Jurassic Park: The Game, Minecraft: Story Mode dan Game of Thrones. Sebenernya masih ada beberapa tapi gw kasih tiga contoh aja.

Ketiga cerita di atas buat gw pribadi yang udah pernah merasakan kesan pertama in-game. Wah, anjing, kacrut parah!

Mereka nekat ngambil Jurassic Park yang secara harfiah merupakan karya budaya pop dengan novel dan film (kecuali Jurassic Park 3 karena aneh ceritanya) mendapat rating dan kesan baik bagi pemirsanya.

Lalu, Game of Thrones yang secara industri berhasil baik novel maupun serial tv-nya. Tetapi saat Telltale mencoba untuk mengadopsinya dalam game. Alurnya, percakapannya, karaktersitik para tokoh … bangsat, seolah hilang gitu aja!

(Gw males ngejelasin yang Minecraft. Lo liat aja sendiri, gw gedeg maininnya. Gw trauma kampret!)
Dari 17 games yang udah diproduksi sama Telltale, rating terbaik masih dipegang sama TWD dan The Wolf Among Us. Sisanya cuman main-main doang, parah!

Berarti dari 17 games dibuat yang bagus cuman … ah, sudahlah!

Mungkin bisa aja dari persoalan ini muncul masalah internal bagi Telltale sendiri yang nggak konsisten dalam membuat maupun merilis game berkualitas. Akhirnya mengeluarkan modal gede cuman buat rugi—bukannya untung.

Imbasnya, game sekeren TWD lenyap gitu aja. Kasian orang-orang yang udah nungguin apalagi para kru yang mengorbankan segalanya untuk memuaskan dahaga penggemar setia Clementine (salah satu utama TWD).

Ciee Pacar Baru The Walking Dead: Season Finale

Ciee yang punya pacar baru akhrinya bisa lanjutin episode yang belum kelar.
Ciee yang punya pacar baru berarti bakalan ada romabakan cerita.
Ciee yang punya pacar baru … bakalan lebih baik atau kebalikannya ya?

Iya, TWD udah punya kepastian sekarang. Setelah putus dari Telltale karena bangkrut, Skybound  Entertainment hadir untuk melepas ke-galau-an baik untuk TWD sendiri ataupun bagi para penggemarnya.

Hal ini bisa diintip lewat twitter resmi mereka (@SkyboundGame) yang mengatakan bahwa Skybound seneng banget bisa nerima dan ngelanjutin TWD. Namun, belum tau kapan penggarapan itu berlanjut yang jelas ada kepastian bahwa TWD nggak digantungin lagi, eaa! (ini bukan lagu CJR).

Secara historis, Skybound merupakan perusahaan hiburan yang fokus dalam merilis komik. Fakta menarik, sumpah ini ngebuat gw senyum lebar bahwa Skybound itu adalah rumah asli dari TWD. Di mana, TWD versi komik muncul pertama kali ya berkat Skybound ini.

Sekarang TWD versi game diambil alih sepenuhnya oleh Skybound. Seolah balikan lagi gitu sama mantan, eaa!

Tetapi jangan seneng dulu, Skybound Entertainment itu baru ngebuka Skybound Game itu pada tahun 2018. Jleb. Masih baru banget!

Boleh, secara komik dan tv series Skybound punya pengalaman yang menjanjikan dan berkualitas, tapi kalo game kan suatu hal baru bagi mereka bahkan sejak awal tahun 2018-an masih fokus sama permainan indie.

Bukannya meremehkan kualitas game indie ataupun Skybound Game yang baru merintis. Tapi TWD game kan udah komersial banget dan nggak main-main dalam penggarapannya. Salah langkah dikit bakal menghancurkan kepercayaan mereka apalagi Skybound Game ini baru ngerintis dalam dunia hiburan game?!

Dilema? Bisa jadi.

Gambling? Mungkin.

Seenggaknya gw seneng masih ada yang mau ngelanjutin kisah TWD daripada nggak ada kepastian sama sekali kayak ‘dia’. Gw berharap langkah ini tepat buat Skybound Game. Nggak sampe di situ aja.
Skybound, please, tutup tahun 2018 gw dengan kesan yang manis karena tahun ini udah terlalu pahit bagi gw (bangsat malah curhat).

Sekian. Sampai bertemu pada artikel selanjutnya!

Ditulis oleh Kontributor Molor.


Senin, 13 Agustus 2018

Agustus 13, 2018

Thorvy: Bacalah, dan jadi independen!



Di pagi hari yang masih diselimuti kabut dan sejuk yang  menusuk, Moch Thorvy atau sering dipanggil oleh kawan dekatnya Tpruy, sedang asik membaca. Dia membaca di suatu ruangan yang tidak begitu besar dan sangat nyaman untuk mahasiswa yang suka berorganisasi yaitu PKM 05. PKM 05 merupakan ruangan Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Media Publica Universitas Prof. Dr. Moestopo Beragama.

Membaca adalah hobi dari Tpruy seorang mahasiswa Moestopo yang berperawakan tinggi, besar,  dan rambutnya yang gondrong serta menjabat sebagai pemimpin redaksi LPM Media Publica. Buku merupakan sahabat baginya, ketika mahasiswa lain sudah mulai meninggalkan buku, tapi dia sangat mencintanya.

Alasan Tpruy  membaca buku karena dapat mengurangi ketergantungan dari gadget. Lewat baca buku secara langsung juga bisa bikin imajinasi dan pola pikir terasah serta banyak kosa kata baru yang bisa diambil dari setiap buku yang berbeda.
Buku  yang membuat Tpruy  jatuh cinta membaca adalah novel karya Fredrick Backman berjudul The Man Called Ove. Buku ini bercerita tentang cinta, keluarga, pengorbanan, hingga soal melepaskan.

Ketika memasuki bangku kuliah, rasa cintanya terhadap buku semakin menggebu-gebu. Diawali ketika gabung dengan LPM Media Publica, Tpruy termotivasi sendiri karena seorang jurnalis harus mengetahui tentang banyak hal. Lemarinya pun penuh dengan buku-buku tentang ideologi, masalah-masalah sosial, sejarah, jurnalisme dan humanisme.
Khusus untuk buku bertemakan masalah sosial yang terjadi di Indonesia. Tpruy sangat menyukainya, karena menurutnya banyak masyarakat dan mahasiswa yang belum mengerti apa sebenarnya permasalahan dan latar belakang manusia indonesia dari segi historis maupun kelemahan yang dimiliki.

Tpruy sangat mengidolakan Pramoedya Ananta Toer atau biasa dipanggil Pram yang merupakan penulis yang hebat. Salah satu karya Pram yaitu Tetralogi Pulau Buru merupakan buku yang sedang dibaca oleh Tpruy dan sampai lupa waktu ketika membacanya.
Tpruy beranggapan dengan membaca, mahasiswa bisa menambah pengetahuan baru, mengasah pola pikir dan memiliki kosa kata yang baru.

"Semakin kau banyak baca, semakin kau merasa bodoh dan kecil. Artinya orang yang banyak baca tak akan merasa dirinya paling tinggi dan merakyat," ujar pria besar ini.

"Satu lagi, baca buku apa pun, tapi jangan langsung diimani. Jadilah independen!,” pungkasnya.

written by kuroash7

Agustus 13, 2018

Skandinavia atau Nordik ?


Mungkin terdengar asing bagi kita, ketika mendengar negara-negara Skandinavia, iya kan bener kan kalian gatua gatau (HAHAHA soktaw banget). atau negara-negara Nordik ? pernah denger ndak, jangan soktaw deh kamu broboskuh hehe.

Untuk menjawab semua pertanyaan dan semua masalah hidup kelean, aku disini akan memberi tahu kalean semua tentang Skandinavia atau Nordik. Jadi gini, Skandinavia bukanlah sebuah negara, melainkan kawasan yang memiliki kesamaan sejarah, budaya, warisan dan bahasa yang saling berhubungan. Negara Skandinavia atau ada juga yang menyebutnya Nordic Country terdiri dari 5 negara merdeka yaitu Denmark, Finlandia, Swedia, Norwegia, Islandia, dan 2 daerah milik Denmark dengan kemandirian memerintah yang cukup luas yaitu Kepulauan Faroe dan Greenland. 

Negara-negara Skandinavia ini terletak di Eropa Utara, yang memang letak geografisnya terletak di sebelah utara atau north (bahasa gaulnya) daratan Eropa. Negara Eropa Utara termasuk negara yang makmur karena memiliki SDA (dibaca: Sumber Daya Alam) yang melimpah dan pengelolaan negara yang efisien. Jadi Skandinavia ini merupakan daratan yang subur karena banyak terdapat SDA yang melimpah, macam negara kita namun mereka menggunakannya dengan baik, kalau kita kan cuma diliatin doang pfttttt.

Jika ditinjau dari sisi bahasa linguistik, bahasa Swedia, Denmark dan Norwegia memiliki kata yang umum, "Skandinavien", dengan makna umum: tanah orang-orang Utara. Namun ada perdebatan yang terjadi bahwa Skandinavia itu berbeda dengan Nordic (negara Nordik). Perbedaan ini terjadi karena masih belum jelas apakah yang dimaksud dengan skandinavia sendiri. Secara geografis dan bahasa yang termasuk dalam semenanjung skandinavia adalah cuma Norwegia dan Swedia, namun Islandia (Iceland) dan Finlandia juga menggunakan bahasa yang sama dengan orang Swedia maupun Norwegia. Terus apabila menggunakan sebutan Nordik, Norwegia dan Swedia masuk bersama dengan Denmark, Finlandia, Islandia dan Kepulauan Faroe.

Gimana? Pusing ga? Minum obat gih ahahahahah. Skandinavia dan Nordik dulunya mungkin satu karena ada orang ketiga makanya jadi berbeda sekarang hmmm. Maka dari itu, negara-negara Skandinavia lebih tepat disebut dengan negara Nordik aja biar tidak ada keributan diantara kita hehe (cape aku tu ribut terus sama kamu deq huhu :’( ).

written by kuroash7