(GameRevolution.com)
Krisis
itu mengerikan kalo nggak bisa dirasakan kehadirannya. Krisis dapat bermuara menuju
kehancuran, seperti kisah-kisah zombi pada umumnya yang mengambil premis zombi
disangkut pautkan dengan kiamat sampai ambisi manusia dalam melakukan
penelitian yang bertentangan dengan hukum alam.
Stop!
Di situ aja paragraf awalnya nggak mau bertele-tele (nanti diomelin sama
pemiliki blog-nya), ngomong-ngomong soal zombi pasti kita nggak asing dengan The Walking Dead. Sebuah budaya pop yang
hadir untuk memuaskan dahaga pecinta serial
tv yang diadaptasi langsung dari komik bernuansa gore.
The Walking Dead
(selanjutnya akan disingkat TWD) boleh dikatakan
menjadi corong kisah zombi yang mengedepankan drama kehidupan manusia ‘saja’ pasca
virus misterius menimpa makhluk hidup di bumi. Tidak seperti kebanyakan film
zombi yang memfokuskan jalan cerita action
seperti Reisdent Evil dan comedy misalnya
Zombieland. TWD seolah menjadi suksesor dari film zombi dengan premis sama,
yakni Dawn of the Dead (1978 & 2004 re-make)
namun dibentuk sebaik mungkin dalam serial televisi.
Tak hanya sampai situ, euphoria berlanjut ke
dunia game di mana pada tahun 2012 kisah yang diadaptasi persis seperti versi
komiknya ini dapat dinikmati dalam permainan konsol maupun PC.
Siapa sih Game The Waking Dead ini?
TWD
tuh sebenernya permainan yang nggak jauh berbeda sama apa yang diceritain pada
serial tv dan komik (kalo ada yang baca). Cuman secara pandangan subjektif gue
dan resensi-resensi yang ada, argumentasi bahwa TWD versi game itu jauh lebih baik secara narasi dan feel ambience yang dibangun ketimbang serial tv-nya. Termasuk
Pewdiepie orang yang berani ber-statement
demikian.
Miris?
Ya, nggak lah!
Justru
ini pertanda baik karena jarang banget ada orang mau setia ngikutin alur game.
Sering banget kalo nggak cocok sama selera ditinggalin gitu aja di tengah
jalan. Sama aja kayak lo udah capek-capek dapetin ‘dia’ terus lagi berproses
untuk menerima kekurangan satu sama lain, eh, ditinggalin gitu aja.
Analogi
tadi baru mirirs!
Intinya,
TWD versi game itu bisa mengaduk
emosi lo (sumpah gw nangis waktu main permainan ini) terutama season 1 dan 2 (season 3 so-so lah).
Perasaan dan suasana yang dibangun apik banget dan nggak ngebosenin. Drama
gokil diapdu dengan percakapan intens membuat TWD adalah permainan yang harus
lo mainin sebelum mati.
Tokoh
penting pada permainan TWD antara lain, Lee dan Clementine. Sisanya, pemeran
pembantu walaupun ada nilai minus dari permainan ini. Dimana, pemeran-pemeran pembantu itu seolah nggak konsisten dalam cerita TWD
versi game, hal ini bisa dilihat
dengan terlalu banyaknya tokoh yang muncul dan mati terlalu cepat.
Peraturan
game ini sih katanya “Tiap keputusan
memengaruhi kelanjutan cerita, buatlah keputusan yang bijak” bullshit! Tapi, nggak seratus persen
omong kosong sih. Pokoknya lo harus main untuk merasakan drama intens itu.
Tapi
…
Duduk Perkara versi
Kontributor MOLOR!
Gini,
bukannya bermaksud ngebuat lo kecewa dengan hal-hal menggiurkan yang udah gw
ceritain agar kalian mau main game ini.
Tapi, studio yang bertanggung jawab penuh dalam menggarap dan menuntaskan kisah
TWD season 4 atau lebih dikenal
sebagai season finale, bangkrut!
Ya,
Telltale Games bangkrut!
Kenapa?
Dilansir
dari twitter resmi mereka (@telltalegames), bangkrutnya telltale karena para karyawan yang
bekerja di sana meninggalkan kantor secara masal akibat permasalahan gaji yang
tak kunjung turun dan tak jelas gimana urusannya.
Kasus
ini aneh buat gw—aneh banget, logikanya, telltale
punya banyak peminat dalam permainan-permainan yang mereka produksi.
Contohnya TWD dan The Wolf Among Us. Secara matematis, Telltale meraup banyak
keuntungan karena fans dari kedua permainan yang barusan gw sebut itu banyak
banget.
Bahkan
fans setia permainan TWD udah pre-order jauh
sebelum jatuh rilis. Begitupun penggarapan season
baru bagi The Wolf Among Us. GILA! Gw salah satu yang kecewa atas apa yang
terjadi dengan Telltale karena gw
udah pernah ngeluarin lembaran kertas BI buat beli game TWD. Gw yakin penggemar TWD bukan cuman gw doang, kita
ngomongin dari aspek seluruh dunia!
Tapi
nasi udah jadi bubur. Telltale nggak
bisa menyelesaikan krisis mereka bahkan untuk mengendus bau krisis sebelum itu
terjadi nggak maksimal.
(Analisis Gw) Sebenernya
Gini …
Kalo
boleh jujur Telltale itu nggak
sesempurna yang gw atau kalian pikirkan. Layaknya studio atau kantor pada
umumnya, pasti dong nggak selalu game yang
mereka garap memiliki konsistensi baik ataupun cerita yang berkelas.
Banyak—banyaaaaakkkk
banget game produksi telltale yang secara harfiah ‘norak’.
Misalnya, Jurassic Park: The Game, Minecraft: Story Mode dan Game of Thrones. Sebenernya
masih ada beberapa tapi gw kasih tiga contoh aja.
Ketiga
cerita di atas buat gw pribadi yang udah pernah merasakan kesan pertama in-game. Wah, anjing, kacrut parah!
Mereka
nekat ngambil Jurassic Park yang secara harfiah merupakan karya budaya pop
dengan novel dan film (kecuali Jurassic Park 3 karena aneh ceritanya) mendapat
rating dan kesan baik bagi pemirsanya.
Lalu,
Game of Thrones yang secara industri berhasil baik novel maupun serial tv-nya.
Tetapi saat Telltale mencoba untuk
mengadopsinya dalam game. Alurnya,
percakapannya, karaktersitik para tokoh … bangsat, seolah hilang gitu aja!
(Gw
males ngejelasin yang Minecraft. Lo liat aja sendiri, gw gedeg maininnya. Gw
trauma kampret!)
Dari
17 games yang udah diproduksi sama Telltale, rating terbaik masih dipegang
sama TWD dan The Wolf Among Us. Sisanya cuman main-main doang, parah!
Berarti
dari 17 games dibuat yang bagus cuman … ah, sudahlah!
Mungkin
bisa aja dari persoalan ini muncul masalah internal bagi Telltale sendiri yang nggak konsisten dalam membuat maupun merilis game berkualitas. Akhirnya mengeluarkan
modal gede cuman buat rugi—bukannya untung.
Imbasnya,
game sekeren TWD lenyap gitu aja.
Kasian orang-orang yang udah nungguin apalagi para kru yang mengorbankan
segalanya untuk memuaskan dahaga penggemar setia Clementine (salah satu utama
TWD).
Ciee Pacar Baru The
Walking Dead: Season Finale
Ciee
yang punya pacar baru akhrinya bisa lanjutin episode yang belum kelar.
Ciee
yang punya pacar baru berarti bakalan ada romabakan cerita.
Ciee
yang punya pacar baru … bakalan lebih baik atau kebalikannya ya?
Iya,
TWD udah punya kepastian sekarang.
Setelah putus dari Telltale karena
bangkrut, Skybound Entertainment hadir
untuk melepas ke-galau-an baik untuk TWD sendiri
ataupun bagi para penggemarnya.
Hal
ini bisa diintip lewat twitter resmi
mereka (@SkyboundGame) yang
mengatakan bahwa Skybound seneng banget bisa nerima dan ngelanjutin TWD. Namun, belum tau kapan penggarapan
itu berlanjut yang jelas ada kepastian bahwa TWD nggak digantungin lagi, eaa! (ini bukan lagu CJR).
Secara
historis, Skybound merupakan perusahaan hiburan yang fokus dalam merilis komik.
Fakta menarik, sumpah ini ngebuat gw senyum lebar bahwa Skybound itu adalah
rumah asli dari TWD. Di mana, TWD versi komik muncul pertama kali ya
berkat Skybound ini.
Sekarang
TWD versi game diambil alih sepenuhnya oleh Skybound. Seolah balikan lagi
gitu sama mantan, eaa!
Tetapi
jangan seneng dulu, Skybound Entertainment itu baru ngebuka Skybound Game itu
pada tahun 2018. Jleb. Masih baru banget!
Boleh,
secara komik dan tv series Skybound
punya pengalaman yang menjanjikan dan berkualitas, tapi kalo game kan suatu hal baru bagi mereka
bahkan sejak awal tahun 2018-an masih fokus sama permainan indie.
Bukannya
meremehkan kualitas game indie
ataupun Skybound Game yang baru merintis. Tapi TWD game kan udah komersial banget dan nggak main-main dalam
penggarapannya. Salah langkah dikit bakal menghancurkan kepercayaan mereka
apalagi Skybound Game ini baru ngerintis dalam dunia hiburan game?!
Dilema?
Bisa jadi.
Gambling? Mungkin.
Seenggaknya
gw seneng masih ada yang mau ngelanjutin kisah TWD daripada nggak ada kepastian sama sekali kayak ‘dia’. Gw
berharap langkah ini tepat buat Skybound Game. Nggak sampe di situ aja.
Skybound,
please, tutup tahun 2018 gw dengan
kesan yang manis karena tahun ini udah terlalu pahit bagi gw (bangsat malah
curhat).
Sekian. Sampai bertemu
pada artikel selanjutnya!
Ditulis
oleh Kontributor Molor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar