Memang terdengar asing bagi kita, penikmat musik
Tanah Air jika mendengar nama Noh Salleh. Namun, buat kita yang sering
mendengarkan musik alternatif khas anak-anak independent (yang nanti dibaca: Indie) pasti tidak asing dengan
band rock alternatif asal Malaysia, Hujan.
Ya, Hujan merupakan band lama yang
rasanya se-angkatan dengan God Bless,
eh maaf maksudnya Sore.
Pertama-tama mari kita kenalan dengan band yang
membawa nama Noh menjadi terkenal, yaitu Hujan.
Band ini terbentuk di Kuching, Malaysia Timur yang notabene berada di pulau
Kalimantan. Menariknya, di dalam band ini kita tidak akan menemukan nada-nada
melayu khas seniornya, IKLIM. Band
ini memiliki alunan musik bak band-band indie tanah air. Contohnya saja macam
lagu “Aku Skandal” yang menohok
dengan alunan rock-nya.
Namun yang patut diapresiasi bahwa band ini selalu
menggunakan bahasa Melayu khas Malaysia. Wow, sangat cinta negeri sendiri
bukan?
Tetapi di tulisan ini rasanya tidak ada
relevansinya dengan judul apabila membahas band Hujan, karena ini merupakan
tulisan yang menyajikan sajak-sajak khas melayu yang dipadukan suara nge-bass Noh
Salleh.
Awalnya, album Angin
Kencang ini merupakan EP (Extended
Play) yang berisi 6 (enam) lagu. Di dalam proyek album ini, Noh bekerja
sama dengan beberapa musisi asal Indonesia, khususnya Sore yakni Mondo Gascoro.
Tak ketinggalan personil dari band Klarinet yang juga merupakan additional
kibordis, Adink Permana. Terakhir, Ade Paloh juga turut memeriahkan proyek ini.
Angin Kencang sebenarnya merupakan ‘kemasan ulang’ dengan
tiga lagu baru. Ketiga lagu anyar itu
Mr.
Polia, Renjana, dan Serawak menemani dengan sopan keenam
lagu di EP awal yaitu Gelung, Angin Kencang, Biar Seribu, Bunga di
Telinga, Sang Penikam, dan Angin Kencang
versi piano.
Berbeda 180° derajat dengan Noh ketika berada di Hujan, di dalam proyek solonya ini, Noh
melantunkan sajak-sajak khas Melayu dalam nada klasik dengan suara yang merdu
sedikit sendu. Ya, memang ketika mendengarkan keseluruhan album ini terasa
seperti “Sore Banget” misalnya saja lagu Mr.Polia,Gelung, dan Angin Kencang punya entakkan drum khas Sore
yang sangat kental. Hal ini tak terlepas dari permintaan Noh untuk menjadikan
Mondo Gascoro sebagai kapten di bahtera Angin Kencang.
Seperti tajuk dalam album ini, lagu “Angin Kencang” sepertinya dijadikan tunggangan
Noh untuk membawa egonya lebih jauh lagi di industri musik Melayu. Lagu ini
akan melemparkan pendengarnya untuk ikut kembali ke era musik klasik khas
70-an. Lirik yang sederhana dan nada yang lembut menghembus, membuat Angin Kencang sebagai penyejuk di kala
gundah gulana.
Renjana terasa berbeza
dengan lagu lainnya dalam album ini. Dimulai dengan petikan gitar klasik bak
opera zaman dahulu, lalu dilanjutkan dengan sajak-sajak Melayu yang dilontarkan
dengan syahdu oleh Noh Salleh. Sehingga lagu ini terasa magis, menghadirkan
nuansa klasik yang begitu dalam. Tak ketinggalan juga Noh menghadirkan
nada-nada jazz indie klasik yang memanjakan telinga, dengan Biar Seribu, Serawak, dan Sang Penikam.
Angin
Kencang tak akan lekang oleh waktu, dia akan terus bergerak menemani setiap
perjalanan, Selamat Menikmati Hembusan Angin Kencang Noh Salleh!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar