Pramoedya Ananta Toer

Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.

Breaking

Loading...

Kamis, 04 November 2021

Teror Dari Penghuni Tak Kasat Mata



Jadi, pas itu gue lagi liburan sama temen-temen di salah satu villa di puncak. Nah, kebetulan villa ini punya temen gue yang di mana kita menyewa dengan setengah harga (biasa, harga temen hahahaha)


Nah, gue bareng 4 temen lainnya berangkat dari rumah menuju puncak menggunakan motor sekitar abis maghrib, karena memang rumah kita yang lumayan dekat. Selama perjalanan, kita buat formasi seperti konvoi, di mana gue bareng Dzaky di depan, Ari dan Feri di tengah, dan Raihan sendirian di belakang.


Setelah setengah perjalanan, pas kita sampai di Bukit Pelangi, ada kejadian yang menurut  gue nggak biasa. Pas kita menyusuri jalan yang gelap disertai rintik hujan, gue baru sadar, ternyata Raihan kepisah dari konvoi. “Ri, Raihan kemana?”. Ari yang berada di barisan sebelum Raihan langsung menjawab,“Duh gue juga sama Feri nggak ngeliat, soalnya gue dari tadi ngikutin lo sama Dzaky doang”.


Kami berempat berhenti di bahu jalan buat nunggu si Raihan, sambil terus coba menelponnya tapi nggak diangkat sama sekali. Setelah beberapa menit menunggu, si Raihan tiba-tiba muncul dengan muka pucat bercampur keringat dingin, lalu berkata dengan mulut bergetar,  “Sialan tadi motor gue berat banget”.


Gue yang heran lalu nanya, “Lah, motor lo kan baru di ganti oli tadi, trus lo kan sendirian, masa berat?”. Lalu tanpa basa-basi, Raihan menjawab, “Gini mending lanjutin aja ke villa, ntar gue ceritain.”


Setelah setengah jam akhirnya kita sampai ke villa yang kita udah sewa. Villa ini bergaya seperti rumah orang jaman dulu, dengan pekarangan luas dan banyak pohon yang mengitarinya. Nah, menurut gue villa ini agak serem sih karena letaknya berada agak jauh dengan villa lain dan suasananya sepi banget.


Setelah menaruh barang bawaan di dalam, kita pun duduk di teras yang kebetulan ada meja bundar dengan kursi kayu. Tanpa banyak basa-basi gue langsung mengintrogasi si Raihan, “Han, tadi lo kenapa? Coba cerita?”.


Dengan muka yang masih pucat bercampur keringat dingin, Raihan ngomong, “Gue tadi gonceng genderuwo!”


Raihan mencoba untuk memberanikan diri dan bercerita, “Gini, jadi pas gue jalan ngikutin lo, tiba-tiba motor gue kayak berat gitu, gakuat nanjak. Pas gue liat di spion, ternyata ada orang di belakang gue! Bulunya lebat dan tinggi banget, gue yakin itu genderuwo. Asli gue langsung tancap gas, terus nggak lama dia ngilang”.


Gue yang mendengar cerita Raihan langsung diam dan mengusulkan untuk masuk ke dalam. Selain karena udara yang udah dingin, gue juga takut karena sekitar villa sepi banget. Pas kita lagi asyik bercanda, tiba-tiba dari luar ada suara kayak cewek ngomong dengan nada tinggi.



“HEI, JANGAN RIBUT UDAH MALEM!”



Gue yang duduk di sebelah Raihan pun ngomong, “Han, lu denger nggak?”.


Si Raihan pun menganggukkan kepala.


Pas gue nanya ke temen yang lain, ternyata gue sama Raihan doang yang denger! Karena gue penasaran, gue datengin sumber suara tadi. Setelah gue lihat sosoknya, gue menyesal udah sok berani. Gue ngeliat sosok cewek ngegantung di satu pohon dengan mata merah! Detik itu juga gue dan temen-temen gue memutuskan untuk keluar dari villa tersebut!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar