Pramoedya Ananta Toer

Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.

Breaking

Loading...

Kamis, 25 November 2021

November 25, 2021

Sosok Tinggi Di Bumi Perkemahan Bandung

 


Suara tak jelas memecah keheningan saat aku dan teman-teman sedang menikmati malam yang diselimuti kabut bercampur bau tanah yang basah.

 

“Srkkkk, Srkkkkk, Srkkkk,”

 

Kejadian ini aku alami saat berkemah dengan teman-temanku di salah satu camping ground terkenal di selatan Bandung. Kami bersebelas memang sudah memiliki rencana untuk berkemah sambil menikmati weekend untuk kabur sejenak dari hiruk pikuk tugas dan pekerjaan.


Singkat cerita, kami  tiba di tempat camping saat malam hari diiringi hujan gerimis dan deru angin yang lumayan kencang. Sehabis membayar biaya masuk dan menginap, kami langsung tancap gas untuk masuk ke dalam camping ground. Tak ada hal yang aneh memang, tapi aku yang memang sedikit bisa merasakan hal-hal yang berbau mistis, melihat sekeliling saat mobil masuk seperti ramai dan penuh sesak, padahal saat itu keadaan sangat sepi karena hujan terus mengguyur wilayah Bandung.


Setelah menurunkan barang dan bahan keperluan camping dari mobil, kami pun langsung bergegas menuju camping ground untuk cepat-cepat membangun tenda karena badan telah menggigil kedinginan. Saat berjalan melewati jalan setapak, aku sudah disambut oleh sosok aneh menurutku, dia tegap diselimuti cahaya hijau toska, mengintip dari balik semak-semak dan seperti tersenyum kepadaku.


“Astaghfirullahaladzim,” ucapku dalam hati, tanpa memberitahu teman-teman yang lain.


Kami terus berjalan mencari spot yang pas untuk mendirikan tenda, kami bersebelas membagi tugas, ada yang mendirikan tenda, menyiapkan hidangan untuk disantap, dan ada yang menyinari tempat kami karena memang saat itu sedang sangat sepi dan gelap gulita.


Sehabis mendirikan tenda, aku pun terdiam sejenak di ujung tenda, sambil melihat suasana sekitar,


“Ya, Tuhan, apa itu,” gumamku kecil yang kaget melihat sosok tinggi besar melihat ke arah tenda kami dari balik semak-semak yang membelakangi pohon.


Tak lama dari situ aku mencoba untuk menenangkan diri dan berbicara ke salah seorang yang juga punya sensitifitas yang lumayan bagus


“Bang, lu liat nggak?” tanyaku ke Bang Ikbal, memang dia palih senior di antara kami


“Iyaaa, liat, biasa aja deh” tegasnya.


“Pocong tinggi kan?” timpalku, namun bang Ikbal tidak menggubrisnya.


Kami pun kembali melakukan aktivitas seperti orang kemah pada umumnya. Setelah itu aku yang nggak bisa tidur memutuskan untuk duduk sendiri di depan api unggun yang telah hangus dilahap api sambil mendengarkan lagu.


Tiba-tiba dari depan ada siluet yang bergerak ke sana ke mari, aku pun bergidik dan fokus melihatnya,


“Plakkkkk”


Ada orang yang memegang pundakku, ketika aku memutar badan, ternyata tak ada orang, hanya ada suara...


“He,He, He, He”





Kamis, 18 November 2021

November 18, 2021

Para Penghuni Hunian Sementara




Kejadian ini gue alami ketika menginap di salah satu hotel di kota Jogja. Karena memang pekerjaan gue sebagai jurnalis yang menuntut untuk selalu pergi keluar kota. Hotel tempat gue menginap ini lumayan modern, tetapi sangat sepi karena terletak dekat dengan perdesaan. 


Singkat cerita, gue udah sampai ke hotel dan check in. Nah, gue pun bergegas ke kamar gue yang terletak di lantai tiga. Setelah sampai di lantai tiga, gue harus melewati lorong untuk sampai ke kamar gue yang berada paling ujung.


Di sini kejadian yang nggak masuk akal mulai terjadi. Pas gue jalan, dari arah depan ada karyawan hotel jalan ke arah gue, 


“Mari mas,” sapa gue. 


Tapi anehnya dia diam aja nggak ngeluarin satu kata pun. Gue nggak mikir aneh-aneh, mungkin emang nggak denger dan gue pun bergegas menuju kamar gue.


Pas udah sampai kamar, gue menaruh barang-barang bawaan gue dan langsung rebahan di kasur. Nah, pas lagi rebahan di kasur, tiba-tiba keran kamar mandi nyala sendiri. Gue kaget banget, lalu ngecek kamar mandi dan langsung gue matiin. Akhirnya karena takut, gue pun keluar dan menuju lobi untuk makan malam.


Nah, abis makan gue balik lagi ke kamar buat mandi. Pas lagi mandi, di luar ada suara anak kecil seperti bercanda. Gue nggak ngehirauin dan tetap ngelanjutin mandi. Ternyata suara anak kecil ini makin kencang dan mengganggu banget, 


“Anak siapa sih malem-malem gini masih bercanda,” ucap gue menggerutu.


Setelah mandi gue langsung keluar buat ngecek asal suara tadi, dan ternyata di lorong depan kamar gue itu kosong!


Gue langsung masuk dan mengunci pintu rapat-rapat. Gue mencoba untuk tidur dan melupakan kejadian tadi. Gue juga nyalain Tv buat nemenin gue tidur. Pas mau pejamin mata, tiba-tiba ada suara anak kecil lagi dari arah luar, “Woi diem jangan gangguin gue!,” teriak gue. Tiba-tiba suara anak kecil itu langsung hilang.


Pas mau tidur lagi, gue yang menghadap ke arah kamar mandi, ngeliat sosok anak kecil ngintip dan senyum ke gue. Gue kaget dan bangun dari posisi tidur.


Lalu ada yang bisikin di telinga kiri gue,



“Kak, main sama kita yuk!.” 

Kamis, 11 November 2021

November 11, 2021

Kejadian Tak Masuk Akal Di Rumah Tua

 


Kejadian ini gue alamin pas main ke rumah nenek. Jadi, rumah nenek gue ini ada di daerah Cileungsi, Bogor. Gue udah lama nggak ke rumah nenek, selain sibuk kuliah, rumah gue juga lumayan jauh. Nah, nenek gue ini tinggal sendirian, karena udah 2 tahun kakek meninggal dunia.


Rumahnya bergaya khas Belanda klasik yang sekitaran rumahnya ditumbuhi banyak pohon, ada juga beberapa tanaman hias.


Gue sampai ke rumah nenek sekitar jam 9 malem, karena gue baru selesai kuliah jam 7 dan kebetulan jalanan Cibubur lagi macet banget karena sedang ada pembangunan jalan. Pas gue sampai, nenek gue keliahatan seneng banget! Maklum, gue cucu satu-satunya.


“Kamu kemana aja, nenek kangen banget lho!” kata nenek yang masih memeluk gue.


Nenek gue pun mengajak gue masuk kerumahnya, “Ayo le masuk, udah nenek siapin kamar buat kamu tidur”. Gue pun langsung mengiyakan “Iya nek”.


Setelah makan malam dan ngobrol banyak sama nenek, gue pun menuju kamar karena badan udah sangat capek akibat perjalanan yang lumayan jauh. Nah, dari sini kejadian aneh mulai datang bermunculan.


Baru aja pejamin mata, tiba-tiba gue kaget karena ada bunyi Tok! yang lumayan keras dari lemari kamar. Gue diemin aja, karena emang udah capek banget. Tapi tiba-tiba bunyi itu muncul lagi, tapi bunyinya berulang-ulang seperti ada orang yang lagi ketuk pintu lemari. Gue yang panik langsung menyalakan lampu kamar dan  anehnya tiba-tiba bunyi itu berhenti.


Karena gue yang penakut, gue pun langsung keluar kamar dan berencana untuk tidur di sofa. Pas baru mau tidur di sofa, gue melihat nenek gue berjalan menuju dapur. Tapi anehnya nenek gue ini berjalan sambil menundukkan kepalanya.


Gue yang heran langsung bertanya, “Nenek mau ngapain ke dapur?”. Tapi nenek gue nggak ngejawab. Gue pikir mungkin nenek mau minum dan masih ngantuk jadi kayak gitu.


Gue pun mencoba untuk tidur kembali di sofa. Kira-kira 5 menit memejamkan mata, sekarang giliran dering bunyi telepon rumah yang ngeganggu gue. Karena kesal, gue pun bangun dan mengangkat telepon tersebut.


Tapi ternyata pas gue ngangkat telpon, nggak ada suara sama sekali. “Halo? Ini siapa? Halooo? Jangan telepon kalo emang mau iseng”. Gue langsung menutup telepon dan menuju ke sofa. Pas udah rebahan, dering telepon bunyi lagi. Pas gue angkat, gue dikagetkan oleh teriakkan seorang perempuan.



“HuaaaaaaaaaaaaaA”


Gue kaget banget! Dan reflek membuang gagang telpon dan lari menuju sofa. Lalu mencoba untuk tidur dengan selimut menutupi seluruh badan gue.


Sekitar jam 7 pagi, gue dibangunkan nenek dan menyuruh gue untuk mandi. Ketika kita sarapan bareng, gue tanya ke nenek soal semalam, “Semalem nenek ke dapur minum ya? Nenek keliatan bingung sama pertanyaan gue, nenek menjawab dengan penuh heran, “Nggak tuh, nenek di kamar terus. Nenek jarang keluar kamar kalo udah malem”.


Gue kaget banget ketika tau kalo itu bukan nenek. Gue pun menanyakan soal dering telepon semalam. “Nenek nggak denger telepon bunyi mulu semalem?”.


“Mau denger gimana, kan teleponnya udah putus” kata nenek sambil ketawa kecil.


Kamis, 04 November 2021

November 04, 2021

Teror Dari Penghuni Tak Kasat Mata



Jadi, pas itu gue lagi liburan sama temen-temen di salah satu villa di puncak. Nah, kebetulan villa ini punya temen gue yang di mana kita menyewa dengan setengah harga (biasa, harga temen hahahaha)


Nah, gue bareng 4 temen lainnya berangkat dari rumah menuju puncak menggunakan motor sekitar abis maghrib, karena memang rumah kita yang lumayan dekat. Selama perjalanan, kita buat formasi seperti konvoi, di mana gue bareng Dzaky di depan, Ari dan Feri di tengah, dan Raihan sendirian di belakang.


Setelah setengah perjalanan, pas kita sampai di Bukit Pelangi, ada kejadian yang menurut  gue nggak biasa. Pas kita menyusuri jalan yang gelap disertai rintik hujan, gue baru sadar, ternyata Raihan kepisah dari konvoi. “Ri, Raihan kemana?”. Ari yang berada di barisan sebelum Raihan langsung menjawab,“Duh gue juga sama Feri nggak ngeliat, soalnya gue dari tadi ngikutin lo sama Dzaky doang”.


Kami berempat berhenti di bahu jalan buat nunggu si Raihan, sambil terus coba menelponnya tapi nggak diangkat sama sekali. Setelah beberapa menit menunggu, si Raihan tiba-tiba muncul dengan muka pucat bercampur keringat dingin, lalu berkata dengan mulut bergetar,  “Sialan tadi motor gue berat banget”.


Gue yang heran lalu nanya, “Lah, motor lo kan baru di ganti oli tadi, trus lo kan sendirian, masa berat?”. Lalu tanpa basa-basi, Raihan menjawab, “Gini mending lanjutin aja ke villa, ntar gue ceritain.”


Setelah setengah jam akhirnya kita sampai ke villa yang kita udah sewa. Villa ini bergaya seperti rumah orang jaman dulu, dengan pekarangan luas dan banyak pohon yang mengitarinya. Nah, menurut gue villa ini agak serem sih karena letaknya berada agak jauh dengan villa lain dan suasananya sepi banget.


Setelah menaruh barang bawaan di dalam, kita pun duduk di teras yang kebetulan ada meja bundar dengan kursi kayu. Tanpa banyak basa-basi gue langsung mengintrogasi si Raihan, “Han, tadi lo kenapa? Coba cerita?”.


Dengan muka yang masih pucat bercampur keringat dingin, Raihan ngomong, “Gue tadi gonceng genderuwo!”


Raihan mencoba untuk memberanikan diri dan bercerita, “Gini, jadi pas gue jalan ngikutin lo, tiba-tiba motor gue kayak berat gitu, gakuat nanjak. Pas gue liat di spion, ternyata ada orang di belakang gue! Bulunya lebat dan tinggi banget, gue yakin itu genderuwo. Asli gue langsung tancap gas, terus nggak lama dia ngilang”.


Gue yang mendengar cerita Raihan langsung diam dan mengusulkan untuk masuk ke dalam. Selain karena udara yang udah dingin, gue juga takut karena sekitar villa sepi banget. Pas kita lagi asyik bercanda, tiba-tiba dari luar ada suara kayak cewek ngomong dengan nada tinggi.



“HEI, JANGAN RIBUT UDAH MALEM!”



Gue yang duduk di sebelah Raihan pun ngomong, “Han, lu denger nggak?”.


Si Raihan pun menganggukkan kepala.


Pas gue nanya ke temen yang lain, ternyata gue sama Raihan doang yang denger! Karena gue penasaran, gue datengin sumber suara tadi. Setelah gue lihat sosoknya, gue menyesal udah sok berani. Gue ngeliat sosok cewek ngegantung di satu pohon dengan mata merah! Detik itu juga gue dan temen-temen gue memutuskan untuk keluar dari villa tersebut!