Sosok Tinggi Di Bumi Perkemahan Bandung
Suara tak jelas memecah keheningan saat aku dan teman-teman
sedang menikmati malam yang diselimuti kabut bercampur bau tanah yang basah.
“Srkkkk, Srkkkkk, Srkkkk,”
Kejadian ini aku alami saat berkemah dengan teman-temanku di
salah satu camping ground terkenal di selatan Bandung. Kami bersebelas memang
sudah memiliki rencana untuk berkemah sambil menikmati weekend untuk kabur
sejenak dari hiruk pikuk tugas dan pekerjaan.
Singkat cerita, kami
tiba di tempat camping saat malam hari diiringi hujan gerimis dan deru
angin yang lumayan kencang. Sehabis membayar biaya masuk dan menginap, kami
langsung tancap gas untuk masuk ke dalam camping ground. Tak ada hal yang
aneh memang, tapi aku yang memang sedikit bisa merasakan hal-hal yang berbau
mistis, melihat sekeliling saat mobil masuk seperti ramai dan penuh sesak,
padahal saat itu keadaan sangat sepi karena hujan terus mengguyur wilayah
Bandung.
Setelah menurunkan barang dan bahan keperluan camping dari
mobil, kami pun langsung bergegas menuju camping ground untuk cepat-cepat
membangun tenda karena badan telah menggigil kedinginan. Saat berjalan melewati
jalan setapak, aku sudah disambut oleh sosok aneh menurutku, dia tegap
diselimuti cahaya hijau toska, mengintip dari balik semak-semak dan seperti
tersenyum kepadaku.
“Astaghfirullahaladzim,” ucapku dalam hati, tanpa
memberitahu teman-teman yang lain.
Kami terus berjalan mencari spot yang pas untuk mendirikan
tenda, kami bersebelas membagi tugas, ada yang mendirikan tenda, menyiapkan
hidangan untuk disantap, dan ada yang menyinari tempat kami karena memang saat
itu sedang sangat sepi dan gelap gulita.
Sehabis mendirikan tenda, aku pun terdiam sejenak di ujung
tenda, sambil melihat suasana sekitar,
“Ya, Tuhan, apa itu,” gumamku kecil yang kaget melihat sosok
tinggi besar melihat ke arah tenda kami dari balik semak-semak yang
membelakangi pohon.
Tak lama dari situ aku mencoba untuk menenangkan diri dan
berbicara ke salah seorang yang juga punya sensitifitas yang lumayan bagus
“Bang, lu liat nggak?” tanyaku ke Bang Ikbal, memang dia
palih senior di antara kami
“Iyaaa, liat, biasa aja deh” tegasnya.
“Pocong tinggi kan?” timpalku, namun bang Ikbal tidak
menggubrisnya.
Kami pun kembali melakukan aktivitas seperti orang kemah
pada umumnya. Setelah itu aku yang nggak bisa tidur memutuskan untuk duduk
sendiri di depan api unggun yang telah hangus dilahap api sambil mendengarkan
lagu.
Tiba-tiba dari depan ada siluet yang bergerak ke sana ke
mari, aku pun bergidik dan fokus melihatnya,
“Plakkkkk”
Ada orang yang memegang pundakku, ketika aku memutar
badan, ternyata tak ada orang, hanya ada suara...
“He,He, He, He”